EVALUASI DAN PROSES PENGUKURAN DALAM PENJAS ADAPTIF

EVALUASI DAN PROSES PENGUKURAN DALAM PENJAS ADAPTIF
OLEH:
I PUTU HARDIKNA
NIM.0516011017


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widi Wasa karena atas asung kerta wara nugraha-Nyalah penulis dapat menyelesaikan tulisan yang berjudul ”Evaluasi dan Proses Pengukuran dalam Penjas Adaptif”, maka makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini dapat diselesaikan berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu selayaknya dihaturkan rasa terima kasih yang mendalam kepada yang terhormat:
1. Bapak Drs. I Made Danu Budhiarta, M.Pd. selaku dosen pembimbing mata kuliah Pendidikan Jasmani Adaptif.
2. Rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu baik secara materi maupun berupa dukungan moral sehingga tulisan ini selesai pada waktunya.
Diharapkan dengan penulisan makalah ini, para mahasiswa dapat mempelajari dengan lebih mudah, sehingga mahasiswa dapat mengimplementasikannya dalam praktiknya dilapangan sebagai calon sarjana pendidikan jasmani.
Disadari sepenuhnya bahwa tulisan ini jauh dari sempurna, sehingga diharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan-perbaikan selanjutnya. Terima kasih.




Singaraja, Maret 2008


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam setiap program pendidikan yang komprehensif, evaluasi selalu diakui sebagai suatu यंग penting dalam perencanaan keseluruhan, namun dalam praktiknya, evaluasi sering diturunkan posisinya ke prioritas rendah. Agar perencanaan program pendidikan perorangan dapat diwujudkan dalam kenyataan, penting untuk dievaluasi hasilnya dengan menggunakan metode tes objektif dan pengamatan subjektif. Evaluasi yang baik menjamin program yang efektif, memberikan umpan balik, dan dapat dipertanggung jawabkan.

Secara umum, Evaluasi itu diartikan sebagai proses pembuatan keputusan berdasarkan performa yang ditampilkan oleh seseorang(Rusli Lutan,2000: 61). Keputusan ini dibuat setelah diperoleh data yang didapat dari tes dan pengukuran.

Dalam pendidikan jasmani evaluasi keberhasilan hasil belajar dilaksanakan dengan mempergunakan berbagai jenis tes, baik tes kebugaran jasmani maupun tes-tes keterampilan olahraga. Evaluasi yang dilakukan tersebut berbeda dari mata pelajaran lainnya, yang sebagian hanya mengukur ranah pengetahuan (kognitif) saja( Wahjoedi, 2001 : 1). Sedangkan evaluasi dalam pendidikan jasmani, disamping ranah kognitif dan ranah afektif, maka ranah psikomotor merupakan sasaran utama.

Oleh karena itu, agar dapat mengelola pelaksanaan program pembelajaran pendidikan jasmani sebagaimana mestinya, sebagai calon sarjana pendidikan jasmani diperlukan pemahaman terhadap hal-hal seperti: proses evaluasi dan pengukuran, teknik-teknik pengetesan, pedoman penggunaan tes, serta tes yang direkomendasikan dalam pendidikan jasmani.

1.1. Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang dibahas dalam makalah ini yaitu:

1.2.1 Bagaimana proses Evaluasi dan Pengukuran ?

1.2.2 Apa saja teknik-teknik Pengetesan dalam Pendidikan jasmani Khusus?

1.2.3 Bagaimana pedoman penggunaan tes dalam Pendidikan Jasmani khusus?

1.2.4 Apa saja tes yang direkomendasikan dalam Pendidikan Jasmani khusus?

1.2. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini berdasarkan rumusan masalah diatas yaitu :

1.3.1 Untuk mengetahui proses Evaluasi dan Pengukuran.

1.3.2 Untuk mengetahui teknik-teknik Pengetesan dalam Pendidikan jasmani Khusus.

1.3.3 Untuk mengetahui pedoman penggunaan tes dalam Pendidikan Jasmani khusus.

1.3.4 Untuk mengetahui tes yang direkomendasikan dalam Pendidikan Jasmani khusus.

1.3. Manfaat

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Hasil paper ini diharapkan dapat menambah pengetahuan guru khususnya guru pendidikan jasmani tentang pentingnya evaluasi dan proses pengukuran dalam pedidikan jasmani khusus.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa

Dengan pemaparan materi tentang proses pengukuran dan evaluasi dalam pendidikan jasmani khusus, siswa diharapkan dapat mengetahui dan memahami tahap-tahap yang harus dilakukan dalam evaluasi, sehingga siswa berpartisipasi dan berinteraksi secara aktif dalam proses pembelajaran baik antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru.

b. Bagi Guru

Hasil paper ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi guru untuk dijadikan pedoman dalam melakukan evaluasi dalam pembelajaran pendidikan jasmani, khususnya yang berkelainan sehingga tidak ada ketimpangan dalam melakukan evaluasi.

c. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan perbaikan serta evaluasi untuk meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan jasmani di sekolah।


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KAJIAN PUSTAKA

2.1.1 Evaluasi

Istilah evaluasi (evaluatian) sesungguhnya merupakan istilah teknis kependidikan yang relative baru, karena pada awal tahun enam puluhan istilah evaluasi baru digunakan secara luas( Biyakto,1993 : 82). Meskipun demikian tidaklah berarti bahwa istilah evaluasi menggantikan pengukuran (measurement) dan test ataupun sebaliknya.

Secara umum, evaluasi itu diartikan sebagai proses pembuatan keputusan berdasarkan performa yang ditampilkan oleh seseorang(Rusli Lutan,2000: 61). Tujuan utama melakukan evaluasi dalam proses pembelajaran adalah untuk mendapatkan data yang akurat tentang tingkat pencapaian tujuan pembelajaran oleh siswa sehingga dapat diupayakan tindak lanjutnya. Dengan demikian, yang dimaksud dengan evaluasi adalah suatu proses pengambilan keputusan atau memberikan nilai terhadap suatu hasil berupa besaran kuantitatif (skor) yang dicapai oleh seseorang atau suatu objek tertentu(Wahjoedi, 2001: 13).

Evaluasi dalam proses pengembangan system pendidikan, dapat digunakan untuk berbagai fungsi, seperti: perbaikan system, pertanggungjawaban,dan penentuan tindak lanjut pengembangan(Wahjoedi,2001: 20). Evaluasi dalam proses pendidikan jasmani dan olahraga pada dasarnya memfokuskan bagaimana guru dapat mengetahui efektivitas hasil pembelajaran yang telah dilakukan.

2.1.2 TES

Tes biasanya didefinisikan sebagai suatu alat atau instrument dari pengukuran yang digunakan untuk mendapatkan data tentang karakteristik seseorang atau kelompok; misalnya kesegaran jasmani diukur dengan tes kebugaran jasmani (Biyakto, 1993: 3). Jadi, yang dimaksud dengan tes adala suatu alat yang digunakan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang seseorang atau obyek tertentu(Wahjoedi, 2001: 12).

2.1.3 PENGUKURAN

Suatu pengukuran ialah skor (angka), yang ditentukan atas dasar sutu tes(Biyakto, 1993: 3). Pengukuran adalah suatu alat bantu dalam proses evaluasi dengan berbagai macam alat dan teknik yang dipergunakan untuk mengumpulkan data. Dengan demikian, yang dimaksud dengan pengukuran(measurement) adalah suatu proses untuk memperoleh besaran kuantitatif dari suatu objek tertentu dengan menggunakan alat ukur (test) yang baku(Wahjoedi, 2001: 12).

2.2 PEMBAHASAN

2.2.1 Proses Evaluasi dan Pengukuran.

Proses Evaluasi mencakup tiga langkah yaitu; (1)menentukan dan menilai tujuan-tujuan, (2) mengumpulkan data atau informasi, (3) mempertimbangkan arti dari pendidikan ditinjau dari sudut tujuanyang ingin dicapai dan dari keterangan-keterangan dan data yang dikumpulkan(Biyakto, 1993: 4).

Data evaluasi merupakan dasar untuk menentukan (a) intensitas program, (b) lamanya program peserta didik, (c) tujuan tahunan dari pendidikan dan tujuan instruksional jangka pendek, (d) layanan pendukung khusus yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.

a. Penggunaan Data Evaluasi

Evaluasi berguna dalam memberikan nilai. Ada dua(2) tipe system pemberian nilai. Penilaian Absolut menunjukkan tingkat pencapaian peserta didik dikaitkan dengan standar kelompok atau satu standar yang ditentukan oleh guru. Penilaian Relatif memperhitungkan pencapaian, tetapi dikaitkan dengan kemampuan peserta didik atau tingkat unjuk kerja.

Penilaian terhadap peserta didik berkelainan harus relative, bertitik pusat pada kemajuan dalam pencapaian tujuan individual. Namun, peserta didik yang berpartisipasi dalam pendidikan jasmani reguler dan khusus dapat pula dinilai dalam kelas reguler yang menggunakan system penilaian absolute, seperti tes kesegaran jasmani beracuan norma (norm-referenced).

b. Asas-asas penentuan Nilai

Asas tertentu harus ditaati dalam menentukan nilai pendidikan jasmani (McCraw, 1964). Nilai harus berdasarkan tujuan Instruksional, dan bukan pada hasil membandingkan peserta didik yang satu dengan yang lain didasarkan pada keterampilan/kesegaran jasmani.

Nilai harus didasarkan pada berbagai macam instrument objektif dan subjektif, tetapi evaluasi jangan secara eksklusif digunakan dalam pemberian nilai, namun peserta didik harus sejak awal diberi tahu mengenai prosedur pemberian nilai itu.

2.2.2 Teknik-Teknik Pengetesan

1. Tipe-Tipe Tes Utama.

Terdapat tiga tipe tes utama yaitu:

a. Instrumen Acuan-Norma.

Tes ini sering digunakan dalam mengevaluasi hasil belajar pada akhir semester atau kwartalan. Tes acuan-norma membandingkan unjuk kerja dari setiap peserta didik dengan unjuk kerja dari satu kelompok besar peserta didik yang sama dalam umur, kelamin, atau kondidsi kelainan. Skor mentah peserta didik menggunakan statistic deskriptif standard dan biasanya digunakan peringkat persentil.

b. Instrumen Acuan-Tapsiran (Interpret-Referenced).

Tes tioe ini sering dipakai dalam mengevaluasi hasil belajar selama dalam satu semester atau kwartalan. Tes ini membandingkan unjuk-kerja peserta didik dengan beberapa ubahan eksternal seperti nilai, skor atau tingkat untuk menjelaskan unjuk kerja berdasarkan pada satu satuan pencapaian.

c. Instrumen Acuan-Isi (Content-Referenced).

Tes ini dipakai selama semester berjalan dan pada akhir semester. Tipe tes ini mengevalusi kekuatan dan kelemahan peserta didik tanpa menggunakan ubahan eksetrnal yang memerlukan tapsiran dan data baku. Tes acuan-isi mungkin lebih praktis dan tepat daripada tes lain, karena tes ini mencerminkan apa yang sesungguhnya diajarakan setiap hari (Gay,1980) dan memfokuskan hanya data mentah yang menggambarkan unjuk kerja peserta didik sesungguhnya. Dalam pendidikan jasmani, tipe tes ini hanya menentukan apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan peserta didik mengenai keterampilan gerak tertentu.

2. Perbedaan Antar Instrumen

Evaluasi yang ideal menggunakan beberapa macam tes. Aspek kekuatan dan kelemahan yang dibandingkan dengan peserta didik lain dapat ditentukan dengan memakai tes Acuan-norma. Tes Acuan-tafsiran atau Acuan-isi dapat digunakan untuk mengevaluasi penguasaan keterampilan jasmani dan gerak yang dulu belum dikuasainya. Informasi subjektif dari orang tua dan guru dapat memberikan verifikasi dan dukungan bagi semua hasil tes.

Tes Acuan-norma

Tes Acuan-tafsiran

Tes Acuan-isi

Menggunakan statistik descriptif standar (msl. Persentil)

Menggunakan standar eksternal (msl. Nilai, skor, tingkat, yang memerlukan tafsiran)

Hanya menggunakan acuan-isi atau data mentah.

Data dibandingkan dengan unjuk kerja orang lain.

Unjuk kerja hanya didasarkan pada kemampuan peserta didik sendiri.

Unjuk kerja hanya didasarkan pada kemampuan peserta didik

Berisikan butir tes yang mengukur unjuk-kerja dengan skala statistic.

Berisi butir tes yang mengukur pencapaian tujuan yang dimaksud dengan memakai satuan yang dapat ditafsirkan.

Berisikan butir tes yang berisikan unjuk kerja dengan memakai satuan pencapaian.

Lebih berkenaan dengan unjuk-kerja kelompok.

Lebih berkenaan dengan unjuk-kerja individual

Lebih berkenaan dengan unjuk kerja individual.

Dilaksanakan pada awal dan akhir satu unit pelajaran

Tes harus diberikan paling kurang pada awal dan akhir satu unit pelajaran

Tes harus diberikan pada awal, pertengahan dan akhir satu unit pelajaran

2.2.3 Pedoman Penggunaan Tes

Ada beberapa pedoman untuk memilih dan melaksanakan tipe tes (French dan Jansma, 1982:295-296) yaitu:

1. Data tes prilaku yang dikumpulkan secara kontinyu adalah yang paling valid/sahih.

2. Satu diagnosis yang tepat harus berdasarkan banyak pengukuran.

3. Guru harus memahami tes sebelum melakukan tes.

4. Guru dan siswa harus saling kenal dalam tes.

5. Tes harus sahih dalam mengukur keterampilannya.

6. Tes harus terandal, testor harus memperoleh hasil yang konsisten.

7. Tidak semua tes cocok untuk peserta didik

8. Guru selalu mencari tes yang lebih tepat.

9. Guru harus berusaha mengumpulkan data observasi, baik dari guru kelas maupun orang tua peserta didik.

10. Tempat pelaksanaan tes harus bebas dari gangguan.

11. Kemampuan kognitif peserta didik harus diperhitungkan dalam memilih tes yang tepat.

12. Waktu dan biaya harus diperhitungkan dalam memilih tes.

13. Testor harus menyadari keterbatasan instrument dan bias dari testor yang membuat hasil tes bersifat sementara.

14. Testor harus sadar bahwa perilaku dapat mempengaruhi hasil tes secara bertentangan.

15. Guru harus sadar bahwa satu keterampilan perlu dicek secara berkala.

16. Ada beberapa teknik yang dapat digunakan dalam melaksanakan tes bagi satu kelompok besar yaitu: (1) lakukan skrening masal kemudian mengetes peserta didik yang diduga mempunyai masalah. (2) gunakan seorang asisten untuk mengajar ¾ dari kelas sementara ¼ lainnya di tes. (3) gunakan kartu tugas dimana peserta didik mentes diri sendiri.

2.2.4 Tes Yang di Rekomendasikan.

a. Kebugaran Jasmani dan Gerak

Tes Kebugaran Gerak Dasar (Basic Motor Fitness Test).

Tes ini acuan-norma dibuat oleh Jack Hilsendager dan Mann tahun 1973 di peruntukkan bagi anak usia sekolah putra maupun putri, yang emosinya terganggu secara serius dan perkembangan gerak yang lambat. Butir tes terdiri dari berjalan, keseimbangan, meloncat-loncat, melompat, menangkap, menyepak, melempar, duduk-raih, lari cepat 272 m, dan baring duduk. Beberapa tes kebugaran jasmani yang lain yaitu:

1) AAHPER Youth Fitness Manual (1975), yaitu tes acuan norma yang dibuat untuk peserta didik kelas 5 SD sampai kelas 3 SMA. Dipakai untuk peserta didik berkelainan ringan.

2) AAHPER Youth Fitness Tes Adaptation for The Blind (Buell, 1973), yaitu tes acuan-norma untuk peserta didik cacat penglihatan berumur antara 10 dan 17 tahun.

3) I CAN: Health and Fitness (Wessel, 1976), yaitu tes acuan-tafsiran untuk kekuatan dan daya tahan otot perut.

4) Motor Fitness Testing Manual for Moderately Mentally Retarded (Johnson & Londeree, 1976), yaitu tes acuan-norma untuk menentukan kemampuan psikomotor berketerbelakangan mental sedang, untuk putra dan putri berumur 6 dan 20 tahun.

5) Special Fitness Test Manual for Mildly Mentaly Retarded Persons (1968), yaitu tes acuan-norma untuk peserta didik keterbelakangan mentalnya sedang.

b. Keterampilan dan Pola Gerak Dasar

Tes Kemampuan Gerak Dasar

1) Basic Motor Ability Test-Revised (Sinclair&Arnheim, 1979), yaitu tes acuan-norma yang terdiri dari 11 butir tesn dirancang untuk menilai keterampilan gerak yang melibatkan otot-otot kecil dan besar anak-anak berumur 4-12 tahun. Misalnya memukul bola dan keseimbangan statis.

2) Bruininks-Oseresky Test of Motor Proficiency (Bruininks, 1978), yaitu tes acuan-norma untuk mengukur kemahiran gerak anak-anak berumur 4,5-14,5 tahun.

3) I CAN: Body Management (Wessel, 1976b), yaitu tes acuan-tafsiran berisikan sejumlah keterampilan mengelola tubuh, seperti kesadaran tentang tubuh dan control tubuh.

4) I CAN: Fundamental Skills (Wessel, 1976c), yaitu tes acuan-tafsiran mengukur pengontrolan objek dan keterampilan berpindah tempat dan irama.

5) Ohio State University-Scale of Intra-Gross Motor Assessment (Loovis&Ersing, 1979), yaitu tes acuan-tafsiran untuk mengukur keterampilan menggunakan otot-otot besar peserta didik terbelakang mental dan peserta didik pra-sekolah serta sekolah dasar.

6) Six-Category Gross-Motor Test (Gratty,1966), yaitu tes acuan-norma untuk menilai kemampuan menggunakan otot-otot besar yang berkelainan pendidikan (5-16 tahun), keterbelakangan mental sedang (5-24 tahun). Misalnya kelincahan keseluruhan, persepsi tubuh, keseimbangan, kelincahan gerak maju dan melempar .

c. Aktivitas individual dan kelompok.

1) I CAN: Sport, Leisure, and Recreational Skills (Wessel, 1979), dimana aktivitas olahraga dan rekreasi yang dilakukan seperti bola voli, basket, softball lari lintas alam.

2) Practical Measurement for Evaluation in Physical Education (Johnson&Nelson, 1978) yaitu meliputi 14 cabang olahraga, yaitu baseball, bola gelinding, basket, bulu tangkis, sepak bola Amerika, senam, panahan, bola tangan ruang, sepak bola, softball, tenis meja, tenis lapangan, atletik dan bola voli.

d. Penyimpangan Sikap Tubuh

1) Full View Dynamic Posture Evaluation (Ersing, 1980), yaitu tes acuan-isi yang cepat. Dilantai dibuat persegi empat yang besar, peserta didik berdiri apda tiap sudut dan berjalan diatas garis persegi empat setelah mendapat aba-aba dari guru.

2) I CAN: Health and Fitness (Wessel, 1976d), yaitu tes acuan-tafsiran untuk mengumpulkan data tentang sikap tubuh statis dan dinamis khusus seperti duduk, berdiri, naik turun tangga.

3) Photografhic Postural Evaluation (Kelly, 1946), yaitu peserta didik dengan sikap tubuh statis difoto dan dinilai dengan foto standar yang ada.

4) Skan-a-graf, yaitu instrument untuk menentukan sikap.

5) Simetrigraf, yaitu sebagai alat screening cepat untuk menentukan sikap tubuh normal dan tidak normal.

2.2.5 Evaluasi Program

Guna mendapatkan pelayanan pembelajaran pendidikan jasmani yang capable di lingkungan Sekolah Luar Biasa (SLB) diperlukan komponen-komponen pembelajaran yang menarik dan tepat sasaran bagi siswa dengan kebutuhan khusus. Komponen tersebut diantaranya kurikulum penjas, metode pengajaran penjas, serta sarana dan prasarana penjas di SLB. Dengan demikian keberhasilan pengajaran penjas di SLB ditentukan oleh keterkaitan antar beberapa komponen di atas.

Ditambahkan bahwa anak dengan kebutuhan khusus sangat memerlukan sentuhan pembelajaran jasmani yang akan membawa anak pada kondisi sehat dan bugar. Terlebih sarana dan prasarana yang digunakan juga dengan spesifikasi khusus agar tujuan yang ingin dicapai dapat terlaksana. Mengingat siswa dengan kebutuhan khusus harus diperlakukan sama sebagaimana siswa normal dalam hal pemenuhan kebutuhan pendidikan khususnya pendidikan jasmani.

Evaluasi ini digunakan untuk menentukan keutungan atau hasil yang diperoleh dari program pendidikan jasmani khusus. Dengan adanya evaluasi secara kontinyu, guru akan dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan program.

Ada beberapa teknik lain yang dapat digunakan , seperti kuesioner, survey,dan daftar cek। Satu teknik yang baik adalah mengundang konsultan untuk mengamati dan mengevaluasi secara kritis program dalam kaitannya dengan program lain dalam satu kecamatan atau daerah.


BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Berdasarkan pemaparan materi diatas dapat disimpulkan bahwa dalam pendidikan jasmani evaluasi keberhasilan hasil belajar dilaksanakan dengan mempergunakan berbagai jenis tes, baik tes kebugaran jasmani maupun tes-tes keterampilan olahraga.

Yang dimaksud dengan evaluasi adalah suatu proses pengambilan keputusan atau memberikan nilai terhadap suatu hasil berupa besaran kuantitatif (skor) yang dicapai oleh seseorang atau suatu objek tertentu.

Data evaluasi merupakan dasar untuk menentukan (a) intensitas program, (b) lamanya program peserta didik, (c) tujuan tahunan dari pendidikan dan tujuan instruksional jangka pendek, (d) layanan pendukung khusus yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.

Terdapat tiga tipe tes utama yaitu: tes Acuan-Norma., Tes Acuan-Tapsiran (Interpret-Referenced), dan Tes Acuan-Isi (Content-Referenced). Ada beberapa pedoman untuk memilih dan melaksanakan tipe tes yaitu: Guru harus memahami tes sebelum melakukan tes, Guru selalu mencari tes yang lebih tepat, guru dan siswa harus saling kenal dalam tes.

3.2 Saran

1. Diharapkan kepada guru pendidikan jasmani dapat melakukan evaluasi dan proses pengukuran sesuai dengan pedoman yang ada karena dapat mengetahui kemampuan peserta didik khususnya yang berkelainan agar hasil belajarnya meningkat.

2. Bagi mahasiswa calon sarjana pendidikan jasmani yang akan terjun di lapangan dapat melakukan evaluasi dan proses pengukuran sesuai dengan teknik dan pedoman yang ada।


DAFTAR PUSTAKA

Abdoelah Arma. 1996. Pendidikan Jasmani Adaptif. Jakarta : Dirjen Dikti

Biyakto Moelyono. 1993. Evaluasi Pengajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta: Depdikbud

Lutan Rusli. 2000. Pendidikan Kesehatan. Dirjen Pendas dan Menengah: Depdiknas

Wahjoedi. 2001. Landasan Evaluasi Pendidikan Jasmani. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

www।uny.ac.id : Penjas Adaptif Di Fik





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kunci Renang Gaya Bebas yang Efisien

Kenapa Sarapan Penting untuk Menurunkan Berat Badan